BERANI BERSYUKUR
Lagi senang dengan lagu buku Ende No. 213 DUNG SONANG ROHANGKU, lagu ini adalah OST dari Film berjudul “DEMI UCOK”, dinyanyikan oleh Geraldine Sianturi, http://www.youtube.com/watch?v=bGXhKwc5DF0 Saya ingin bilang Good Job.
Di acara Kebaktian minggu saya cukup familiar dengan lagu ini dan rasanya biasa saja dengan lagu-lagu pujian yang lain yang isinya sarat dengan penyembahan, penyerahan diri dan sebagainya dan sebagainya.
Tetapi kali ini sepertinya pepatah sibontar mata bilang “Not the Song, but the Singer” Lagu ini amat sangat baik dinyanyikan ito Geraldine dan wuih sueeejjuuuukkkkk, rasanya seperti seorang anak laki-laki dikampung saya dulu, habis pulang sekolah di beri makan ibu, kenyang, kemudian terlena di pangkuan ibu sambil rambut dikepala dibelai dan sambil ditarik perlahan serta menerima bisikkan janji ibu, besok uang jajan sekola naik seratus persen
akibat suara Geraldine yang menyejukkan, cukup membuat saya bereaksi dan ahirnya mencari tahu dari mana lagu ini berasal
Awalnya mampir di rumah OMPUNG DATU BOLON SITAUBOTO “GOOGLE” ahirnya saya mampir di lapo ni “Amang Boru” si Wikki https://en.wikipedia.org/wiki/Horatio_Spafford
Akhirnya saya mengetahui bahwa lagu ini adalah lagu yang luar biasa, mengenai bagaimana seorang laki-laki sukses terjatuh dan dirundung duka secara beruntun namun tetap bisa bersyukur bukan malah mengutuki Tuhan karena ia merasa seorang tenar yang penderma dan dikenal orang baik dijamannya
Horatio Gates Spafford tidak malah meminta pertanggungan jawab Tuhan atas apa yang telah terjadi padanya, dia tidak bertanya “Mengapa Harus Aku Tuhan”
Tidak seperti saya yang mengukur kasih karunia Tuhan dengan ukuran yang saya buat sendiri, atau bahkan mungkin orang lain seperti saya yang sering bertanya-tanya mengapa harus terjadi padaku?
Bukankah kita seharus pecaya bahwa kasih karunia, berkat dan anugerah “nyatanya telah kita terima”, bukankah seharusnya kita peka akan pemberian Tuhan, seharusnya kita tidak pergi ke pertemuan-pertemuan ibadah yang sepertinya sudah di komersilkan hanya untuk mencari muzizat-muzizat sesuai dengan tolok ukur manusia?
Tetapi seharusnya kita pergi kepertemuan-pertemuan ibadah karena ingin bersyukur atas mujizat, anugrah, kasih karunia yang sudah di berikan Tuhan?
Sepertinya Horatio Spafford adalah Ayub yang hidup ditahun 1800-an, sama seperti Ayub dia orang yang saleh dan jujur (Ayub 1 ayat 1), Ayub dan Spafford adalah orang yang kaya di jamannya (Ayub 1 ayat 2 dan 3), mereka sama-sama kehilangan harta dan anak-anak mereka, tetapi mereka adalah orang yang berani bersyukur dengan menyatakan bahwa “semuanya itu baik bagi jiwaku”
Anak dari seorang Wartawan dan penulis bernama Horatio Gates Spafford dan Elisabeth Clark Hewitt Spafford, Horation Spafford adalah seorang pengacara yang dikenal baik di Chicago pada tahun 1860-an, ia adalah seorang pengacara terkenal, Senior Partner Firma Hukum, dan ia bersama istrinya adalah pendukung terkemuka pekabaran injil dan sekaligus teman dekat dari seorang Evangelish bernama Dwight L. Moody
Spafford Memiliki investasi pada perusahaan real estate yang mana usahanya tersebut telah habis dilalap api ketika terjadi kebakaran besar di Chicago City yang menghanguskan semua kota pada musim panas tahun 1871 dan pada tahun yang sama dan hall tersebu telah menghancurkan sebagian besar dari usahanya
2 (dua) tahun kemudian pada tahun 1873 Spafford berencana untuk berlibur ke suatu tempat di Eropa demi mengetahui sahabatnya Dwight L. Moody akan berkotbah di Inggris
Tetapi karena ada alasan bisnis Spafford yang harus di selesaikan, ia mengutus istrinya dan empat anak perempuannya berangkat terlebih dulu, Tanetta 11 tahun, Elizabeth “Bessi” 9 tahun, Margaret lee 4 tahun, dan Anna “Annie” 2 tahun
Pada tanggal 22 November 1873, ketika menyebrangi samudra Atlantic kapal mereka ditabrak oleh kapal berlayar besi dan 226 orang meninggal dunia termasuk 4 anak perempuanya Spafford tetapi Istrinya Anna Spafford selamat dari tragedy tersebut
Kemudian ia berlayar menuju lokasi tragedy tersebut untuk menjemput istrinya
Kemudian setelah tragedy itu, seorang putri lahir di keluarga Spafford, dan Spafford senang dan ia menulis lagu Hebat ini
“It is Well with My Soul”
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou hast taught me to say,
It is well, it is well with my soul.
(Refrain:) It is well (it is well),
with my soul (with my soul),
It is well, it is well with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ hath regarded my helpless estate,
And hath shed His own blood for my soul.
(Refrain)
My sin, oh the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
Is nailed to His cross, and I bear it no more,
Praise the Lord, praise the Lord, O my soul!
(Refrain)
For me, be it Christ, be it Christ hence to live:
If Jordan above me shall roll,
No pain shall be mine, for in death as in life
Thou wilt whisper Thy peace to my soul.
(Refrain)
And Lord haste the day, when the faith shall be sight,
The clouds be rolled back as a scroll;
The trump shall resound, and the Lord shall descend,
Even so, it is well with my soul.
(Refrain)
Versi Batak
B.E. 213. DUNG SONANG ROHANGKU
Dung sonang rohangku dibaen Jesus i
Porsuk pe hutaon dison
Na pos do rohangku di Tuhanta i
Dipasonang tongtong rohangkon
Sonang do, Sonang do
Dipasonang tongtong rohangkon
Nang dihaliangi sibolis pe au
Naeng agohononNa muse
Naung mate Tuhanku Mangolu ma au
Utangki nunga sae sasude
Sonang do, sonang do
Dipasonang tongtong rohangkon
Diporsan Tuhanku sandok dosangki
Bolong tu na dao do dibaen
Nang sada na so jujuronna be i
Na martua tondingku nuaeng
Sonang do, sonang do
Dipasonang tongtong rohangkon
Mangolu nang mate di Jesus do au
Ibana haporusanki HataNa sambing do partogi di au
Ai na tau haposanku do i
Sonang do, sonang do
Dipasonang tongtong rohangkon